Azrul Azwar
Disampaikan pada Orientasi Kepramukaan bagi Perwira TNI
Jakarta 29 Nopember 2007
PENDAHULUAN
Pembangunan Nasional yang
dilaksanakan di Indonesia dalam tiga dasa warsa terakhir, telah berhasil
mendatangkan kemajuan di pelbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, termasuk diantaranya di bidang generasi muda. Tingkat pendidikan
rata-rata generasi muda Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan
tiga dasa warsa yang lalu. Demikian pula halnya di bidang olahraga
dan kesenian, banyak generasi muda Indonesia telah berhasil
mencetak prestasi tidak hanya ditingkat nasional, tetapi juga regional dan bahkan
internasional. Sedangkan di bidang ekonomi dan politik, banyak generasi muda
Indonesia telah sukses meniti karier
sebagai eksekutif dan politisi muda yang handal.
Namun sementara itu, bersamaan
dengan pelbagai kemajuan tersebut, ditemukan pula pelbagai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh generasi
muda. Untuk generasi muda yang berasal dari kalangan mampu (the have), masalah dan tantangan yang dihadapi terutama terkait
dengan perubahan nilai-nilai kehidupan sosial dan budaya. Sebagai akibat
dimilikinya perbagai fasilitas
dan kemudahan hidup, dan karenanya memiliki
akses informasi serta kesempatan pendidikan
ke luar negeri yang lebih luas, menyebabkan
banyak generasi muda dari kalangan mampu
mengalami internasionalisasi nilai-nilai
sosial dan budaya. Akibatnya, rasa solidaritas
sosial dan semangat kebangsaan yang dibangun terutama dari kepentingan dan
nilai-nilai nasional, sering berada pada prioritas rendah. Tidak menghenarkan jika banyak generasi muda
dari kalangan mampu akhirnya sering tidak perduli dengan masalah-masalah lingkungan,
masalah-masalah sosial, masalah-masakah kebangsaan atau masalah-masalah bernegara.
Sedangkan untuk generasi muda
yang berasal dari kalangan kurang mampu (the
have not), masalah dan tantangan yang dihadapi terutama terkait dengan kemiskinan.
Sebagai akibat kesulitan ekonomi, banyak generasi muda dari
kalangan kurang mampu, tidak dapat melanjutkan pendidikan atau putus
sekolah. Dampaknya terlihat pada sulitnya mendapatkan pekerjaan
serta munculnya pelbagai masalah dan penyakit sosial. Angka pengangguran,
kenakalan remaja, penggunaan obat
terlarang, hubungan seksual pranikah, kehamilan
dan aborsi remaja, prostitusi dan
penyakit kelamin, serta angka kriminalitas remaja meningkat dengan tajam.
Munculnya
pelbagai masalah dan tantangan ini tentu
saja tidak menggembirakan. Generasi muda yang di satu pihak memiliki
solidaritas sosial dan semangat kebangsaan yang rendah, serta di pihak lain
berhadapan dengan pelbagai masalah dan penyakit sosial, bukanlah generasi muda
yang dapat diharapkan. Dampak yang ditimbulkan, bukan saja dapat merusak hidup dan kehidupan generasi muda pada
saat ini, tetapi yang paling dikhawatirkan adalah dapat mengancam
eksistensi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara pada masa depan.
PERAN
GERAKAN PRAMUKA
Secara teroritis, banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi pelbagai
masalah dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda. Salah satu diantaranya,
yang dinilai mempunyai peranan yang amat penting adalah melibatkan generasi muda, sejak usia awal, dalam kegiatan kepramukaan. Sejarah dan
pelbagai penelitian memang telah membuktikan, apabila generasi muda, sejak usia
awal aktif dalam kegiatan kepramukaan, bukan saja akan dapat membendung
munculnya pelbagai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda,
tetapi yang terpenting lagi akan dapat dihasilkan generasi muda yang memiliki
watak, kepribadian dan pekerti yang handal, yang pada gilirannya akan berperan
sebagai pemimpin masyarakat, bangsa dan negara yang tangguh di masa depan
Sesungguhnyalah,
gerakan kepramukaan atau kepanduan yang untuk pertama kali diperkenalkan oleh Lord Baden Powell melalui perkemahan
remaja di Brownsea Island di selatan Inggeris pada tahun 1907, telah berhasil
membuktikan bahwa pendidikan kepramukaan atau kepanduan, sebagai pendidikan
non-formal yang diselenggarakan di luar sekolah dan di luar keluarga, adalah
pendidikan yang tepat untuk membentuk watak, kepribadian dan pekerti generasi
muda. Perkemahan remaja yang pertama kali dirintis oleh Lord Baden Powell pada tahun 1907 tersebut telah berhasil
mengubah anak-anak remaja London yang semula nakal, menjadi tidak nakal, yang
semula tidak bertanggung jawab menjadi sangat bertanggung jawab, yang semula
tidak peduli lingkungan menjadi sangat peduli lingkungan, yang semula tidak
mililiki masa depan menjadi memiliki masa depan.
Keberhasilan pendidikan
kepramukaan yang dirintis oleh Lord Baden Powell ini
kemudian dengan cepat menyebar dan diterapkan oleh pelbagai negara Eropah lainnya, termasuk Belanda. Pada tahun 1912 pendidikan
kepramukaan atau kepanduan tersebut dibawa Belanda ke Indonesia, dan sejak
tahun 1912 tersebut, gerakan kepramukaan atau kepanduan berkembang dengan pesat
di tanah air.
Penerapan prinsip dasar kepramukaan
yang inti pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai kewajiban terhadap Tuhan yang
Maha Esa, terhadap tanah air, terhadap masyarakat sekitar dan terhadap diri sendiri, serta penerapan
metoda kepramukaan yang inti pokoknya adalah belajar sambil bekerja yang dilakukan secara kompetitif
di alam terbuka pada masa penjajahan Belanda tersebut, memang telah berhasil dengan
gemilang membentuk watak, keperibadian dan pekerti generasi muda Indonesia yang
handal
Lahirnya Sumpah Pemuda pada tahun
1928, proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, serta perjuangan revolusi fisik
sampai dengan tahun 1949, memang tidak terlepas dari keberhasilan pembentukan
watak, kepribadian dan pekerti generasi muda Indonesia melalui gerakan
kepramukaan atau kepanduan tersebut.
Pada tahap selanjutnya, perkembangan
gerakan kepramukaan atau kepanduan di Indonesia berjalan seirama dengan
perkembangan kehidupan berpolitik dan bernegara. Dengan lahirnya puluhan partai potik yang menandai berlakunya era demokrasi liberal, mendorong
lahirnya pula puluhan organisasi
kepanduan di Indonesia, yang sayangnya karena didasarkan pada paham politik yang
berbeda, sering tidak sejalan. Dampaknya, bukan saja akan merugikan kehidupan
gerakan kepramukaan atau kepanduan, tetapi yang terpenting lagi akan merugikan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk mengatasinya, pada tahun 1961, melalui Kepres No 238 tahun
1961, pemerintah menyatukan lebih dari 60 organisasi kepanduan di Indonesia kedalam satu wadah yang
dikenal dengan nama Gerakan Pramuka. Sejak
saat tersebut, perkembangan Gerakan Pramuka cukup menggembirakan. Pada
saat ini Gerakan Pramuka telah memiliki
Kwartir Daerah di 33 Propinsi, Kwartir Cabang di 456 Kabupaten/Kota, serta jumlah anggota sekitar 21 juta. Jumlah anggota
Gerakan Pramuka adalah yang terbesar di
dunia, karena jumlah anggota kepanduan di seluruh dunia yang tergabung dalam World Organization of Scout Movement (WOSM) hanya sekitar 18 juta orang.
HAKEKAT
GERAKAN PRAMUKA
Hakekat Gerakan Pramuka adalah
gerakan pendidikan non-formal yang dilaksanakan di luar sekolah serta di luar
keluarga. Pendidikan melalui
Gerakan Pramuka yang disebut pendidikan kepramukaan, tidaklah sama dengan
pendidikan melalui sekolah (pendidikan formal) atau pendidikan melalui keluarga
(pendidikan informal). Pendidikan kepramukaan memiliki 6 (enam) ciri khusus
yang membedakannya dengan pendidikan formal dan pendidikan informal. Ciri-ciri
yang dimaksud adalah :
1.
Tujuan Pendidikan
Tujuan
pendidikan kepramukaan adalah membentuk kaum muda Indonesia agar memiliki
watak, kepribadian dan pekerti yang prima serta memiliki ketrampilan bekal
hidup (life skill) yang handal. Apabila tujuan ini dapat tercapai maka generasi
muda Indonesia akan dapat menjadi kader bangsa yang tangguh serta siap terjun dalam kehidupan bermasyarakat
yang kompleks pada masa depan
2.
Materi Pendidikan
Materi
pendidikan kepramukaan terkait dengan tujuan pendidikan kepramukaan yaitu
membentuk watak, kepribadian dan pekerti kaum muda. Materi pendidikan tersebut pada hakekatnya berupa seperangkat
nilai-nilai yang bukan saja berlaku umum dan universal, tetapi juga harus
diperkaya dengan nilai-nilai yang digali dari khasanah budaya bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, yang untuk Indonesia tercantum dalam Tri Satya Pramuka
dan Dasa Dharma Pramuka. Rumusan Tri
Satya Pramuka berbunyi “demi kehormatanku,
aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap (1)
Tuhan, Negara Kesatuan RI dan mengamalkan Pancasila, (2) menolong sesama hidup
dan ikut serta membangun masyarakat (3)
menepati dasadarma”.
Sedangkan rumusan Dasa Dharma Pramuka berbunyi “pramuka itu
(1) taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) cinta alam dan kasih sayang
sesama manusia, (3) patriot yang sopan dan kesatria, (4) patuh dan suka
bermusyawarah, (5) rela menolong dan tabah, (6) rajin, terampil dan gembira,
(7) hemat, cermat dan bersahaja, (8) disipilin, berani dan setia, (9)
bertanggung jawab dan dapat dipercaya serta (10) suci dalam pikiran, perkataan
dan perbuatan”.
Kecuali itu, karena tujuan pendidikan kepramukaan juga
terkait dengan keterampilan, maka materi pendidikan kepramukaan juga mencakup materi ketrampilan. Secara umum
ada dua kelompok keterampilan yang dikenal dalam pendidikan kepramukaan. Pertama, ketrampilan kepramukaan konvensional
seperti baris-berbaris, tali temali, smapur, mencari jejak, dan penjelajahan. Kedua,
keterampilan umum yakni yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan
(needs and demands) generasi muda setempat, seperti pertanian, nelayan,
pertukangan, teknologi, elektonik, dan
komputerisasi.
3.Metode Pendidikan
Metode pendidikan kepramukaan tidaklah sama dengan metode
pendidikan formal di sekolah atau pendidikan informal di keluarga. Metode
pendidikan kepramukaan adalah metode belajar
sambil melakukan (learning by doing) yang dilaksanakan di (A)lam terbuka, dalam bentuk (P)ermainan yang interaktif, menantang,
menarik dan menyenangkan sesuai dengan perkembangan kaum muda, dilakukan secara
ber(K)elompok dalam satuan terpisah,
bersifat (K)ompetitif serta
menerapkan sistim (T)anda Kecakapan (disingkat APK2-T).
4.
Sarana dan Prasarana Pendidikan
Tempat
pendidikan kepramukaan adalah di alam terbuka yang dalam pelaksanaannya
dilakukan melalui Gugus Depan (Gudep), baik yang berbasis sekolah (school based)
maupun yang berbasis masyarakat (community based. Penyelenggarakan pendidikan
untuk beberapa aspek ketrampilan tertentu diselenggarakan di Pangkalan Satuan
Karya (Saka) yang saat ini berjumlah 7 buah yakni Saka Bayangkara, Saka Bakti
Husada, Saka Kencana, Saka Bahari, Saka Dirgantara, Saka Taruna Bumi, serta
Saka Manggala Wanabakthi. Untuk melengkapan sarana dan prasarana pendidikan,
terutama yang terkait dengan ketarmpilan di alam terbuka, didirikan Bumi
Perkemahan Pramuka, yang jika ditinjau dari peranannya dalam sistem pendidikan
kepramukaan merupakan Kampus Gerakan Pramuka
5.
Peserta Didik
Pengelompokan
peserta didik dalam pendidikan kepramukaan, tidak sama dengan pengelompokan
peserta didik pada pendidikan formal di sekolah. Pengelompokan peserta didik
dalam pendidikan kepramukaan dibedakan atas 4 (empat) golongan umur yakni antara 7 – 10 tahun yang disebut sebagai
Pramuka Siaga, antara 11 – 15 tahun yang disebut sebagai Pramuka Penggalang,
antara 16 – 20 tahun yang disebut sebagai Pramuka Penegak, serta antara 21 – 25
tahun yang disebut Pramuka Pandega,
Sayang sekali Gerakan Pramuka dan
pendidikan kepramukaan yang apabila dapat dilaksanakan dengan baik, akan
menjanjikan banyak manfaat bagi pembentukan watak, kepribadian serta pekerti
generai muda tersebut, dalam satu dekade terakhir agak diabaikan. Akibatnya di satu pihak, eksistensi organisasi
Gerakan Pramuka tidak kokoh dan diragukan keberadaannya, serta dipihak lain fungsi
Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan nonformal pembentuk watak, kepribadian
dan pekerti generasi muda tidak berjalan secara optimal.
Dampak dari kedua keadaan ini
berpengaruh negatif terhadap perkembangan Gerakan Pramuka dan pendidikan
kepramukaan. Di satu pihak Gerakan Pramuka tidak lagi menarik minat Generasi
Muda, sehingga tidak mengherankan jika akhirnya
jumlah kaum muda yang berminat menjadi anggota serta menjadi aktivis Gerakan Pramuka berkurang dengan tajam. Di
pihak lain kegiatan kepramukaan tidak lagi berperan, bukan saja dalam membendung munculnya pelbagai masalah dan
tantangan generasi muda, tetapi yang
terpenting lagi juga tidak berperan
dalam membentuk watak, kepribadian, dan pekerti generasi muda yang diinginkan
di masa depan.
REVITALISASI GERAKAN PRAMUKA
Menyadari bahwa terpuruknya
Gerakan Pramuka dinilai tidak menguntungkan bagi pembentukan kader masyarakat, bangsa
dan negara pada masa depan, maka pelbagai upaya untuk mengaktifkan kembali
Gerakan Pramuka harus dapat dilakukan. Pelbagai upaya yang dimaksud, pada
tanggal 14 Agustus 2006, bersamaan dengan peringatan hari ulang tahun Gerakan
Pramuka yang ke-45, telah dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
dalam bentuk Revitalisasi Gerakan Pramuka. Adapun yang dimaksud dengan revitalisasi
Gerakan Pramuka adalah upaya pemberdayaan Gerakan Pramuka yang dilakukan secara
sistematis, berkelanjutan dan terencana untuk memperkokoh eksistensi organisasi
Gerakan Pramuka serta untuk lebih meningkatkan peran, fungsi dan tugas pokok
Gerakan Pramuka.
Tujuan yang ingin dicapai oleh revitalisasi
Gerakan Pramuka dibedakan atas dua macam. Pertama, memperkokoh eksistensi organisasi Gerakan
Pramuka baik dari aspek legal formal, yakni
dengan memperkuat dasar hukum Gerakan Pramuka, maupun dari aspek
kuantitas dan kualitas organisasi Gerakan Pramuka, yakni yang menunjuk pada perkembangan organisasi dan keanggotan, serta kemantapan
sistem informasi, manajemen dan kepemimpinan. Kedua, meningkatkan pelaksanaan
peran, fungsi dan tugas pokok Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan watak,
keperibadian dan pekerti generasi muda.
Pada waktu menyelenggarakan
pelbagai kegiatan revitalisasi Gerakan Pramuka, arah yang dituju adalah
terwujudnya 7 (tujuh) pemikiran dasar revitalisasi Gerakan Pramuka, yang oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dirumuskan dalam singkatan PRAMUKA, yakni :
1.
Perkuat Gerakan Pramuka sebagai wadah
pembentukan karakter bangsa
2.
Raih keberhasilan mulai kerja keras
secara cerdas dan iklas
3.
Ajak kaum muda
meningkatkan semangat Bela Negara
4.
Mantapkan tekad
kaum muda sebagai patriot pembangunan
5.
Utamakan kepentingan bangsa dan Negara
di atas segalanya
6.
Kokohkan persatuan
dan kesatuan Negara Republik Indonesia
7.
Amalkan Satya dan Darma Pramuka
Untuk dapat mewujudkan ke tujuh pemikiran
dasar tersebut, ada 7 (tujuh) langkah strategis yang harus dilakukan, yang oleh
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga dirumuskan dalam singkatan PRAMUKA, yakni
:
1.
Perkuat kepemimpinan dan manajemen
kwartir di semua jajaran
2.
Rapatkan barisan
Pembina, Pelatih Pembina, Andalan serta
Majelis Pembimbing Pramuka
3.
Aktifkan
perindukan Siaga, Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak, Racana Pandega sebagai
media penguat sesama dan antar kelompok dalam satu gugus depan
4.
Mantapkan
penerapan prinsip dasar kepramukaan, sistim among dan metode kepramukaan
5.
Utamakan program
peserta didik yang berdampak posistif terhadap peningkatan semangat bela negara,
patriot pembangunan dan perekat bangsa
6.
Kokohkan kemitraan
dan dukungan sumberdaya dari semua komponen bangsa
7.
Amalkan Satya dan Darma Pramuka
Ketujuh langkah strategis ini
selanjutnya dijabarkan kedalam pelbagai program kerja., yang dua diantaranya
ditetapkan sebagai program prioritas, yakni :
1.
Program memperkokoh eksistensi
organisasi Gerakan Pramuka
Upaya
memperkokoh eksistensi organisasi dari aspek legal formal dilakukan dengan menyusun
Rancangan Undang-Undang Gerakan Pramuka. Sedangkan upaya memperkokoh eksistensi
organisasi dari aspek kuantitas dan kualitas dilakukan melalui tiga kegiatan pokok sebagai berikut: :
a)
Memperkuat organisasi, manajemen dan
sistim informasi Gerakan Pramuka
b)
Meningkatkan
jumlah dan mutu gugus depan yang merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka
c)
Meningkatkan
jumlah dan kualitas mutu anggota dewasa terutama para Pembina, Pelatih dan Andalan
di semua lini organisasi.
2.
Program meningkatkan
peran, fungsi dan tugas pokok Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan
nonformal
Upaya meningkatkan peran, fungsi dan tugas pokok Gerakan
Pramuka sebagai wadah pendidikan non formal, dilakukan melalui :
a)
Pemutakhiran
materi pendidikan kepramukaan melalui penyusunan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Dasa Darma (P3D2) serta pemutakhiran ketrampilan kepramukaan
b)
Pemutakhiran
metode pendidikan keperamukaan (APK2T) dengan menciptakan permainan interaktif yang
kompetitif dan menantang yang dilaksanakan di alam terbuka serta dilengkapi
dengan pemberian tanda kecakapan
c)
Peninjauan kembali
pengelompokan umur peserta didik yang lebih disesuaikan dengan perkembangan watak, kepribadian dan
pekerti generasi muda di Indonesia
d)
Pengadaan pelbagai
sarana dan prasarana pendidikan kepramukaan, yang didalamnya termasuk buku
referensi Gerakan Pramuka, alat bantu
pendidikan Gerakan Pramuka, serta pengembangan Bumi Perkemahan menjadi Kampus Gerakan
Pramuka
PENUTUP
Sekalipun pelbagai kemajuan telah
banyak ditemukan, namun pada saat yang bersamaan generasi muda di
Indonesia juga berhadapan dengan pelbagai masalah dan tantangan yang apabila
tidak dapat diatasi akan dapat mengancam masa depan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara Untuk mengatasi
pelbagai masalah dan tantangan ini, banyak hal yang dapat dilakukan. Salah satu
diantaranya adalah meningkatkan keterlibatan generasi muda dalam kegiatan
kepramukaan.
Sesungguhnyalah, pengalaman dan
penelitian telah membuktikan bahwa keterlibatan aktif generasi muda dalam
kegiatan kepramukan, bukan saja dapat mencegah munculnya pelbagai masalah dan
tantangan generasi muda, tetapi juga dapat membentuk watak, kepribadian dan
pekerti generasi muda yang handal sebagai calon pemimpin masyarakat, bangsa dan
negara yang tangguh pada masa depan.
Untuk hasil yang optimal dari keterlibatan
aktif generasi muda dalam kegiatan kepramukaan, perlu dilakukan Revitalisasi
Gerakan Pramuka yang inti pokoknya adalah meperkokoh eksistensi organisasi Gerakan
Pramuka di satu pihak serta mengembangkan
peran, fungsi dan tanggung jawab Gerakan Pramuka sebagai wadah
pendidikan watak, kepribadian dan pekerti generasi muda di pihak lain.
KEPUSTAKAAN
1.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka :
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Kwarnas Gerakan
Pramuka, Jakarta 2007
2.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka :
Pidato Ulang Tahun Ka Kwarnas Dalam
Rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka ke 45, Kwarnas Gerakan
Pramuka, Jakarta 2006
3.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka :
Patah Tumbuh Hilang Berganti, 75 tahun kepanduan dan kepramukaan, Kwarnas,
Jakarta, 1987
4.
Robert Baden Powell : Scouting for
Boys, Oxford University Perss, New York 2004
5.
Susilo Bambang Yudhoyono : Pidato Pengarahan
Dalam Rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka ke 45, Kwarnas Gerakan
Pramuka, Jakarta 2006
-00-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar