AZRUL AZWAR
(Disampaikan pada
Rapat Koordinasi Evaluasi Pelaksanaan Perkemahan Pramuka Santri Nusantara Tahun
2006, Jakarta 8 Desember 2006)
1.
Pada tanggal 10 sd 14 September 2006 lalu dengan
mengambil tempat di Buperta Cibubur telah diselenggarakan Perkemahan Pramuka
Santri Nusantara tahun 2006 yang diikuti oleh pramuka penegak utusan dari
pondok-pondok pesantren dibawah satu
kontingan Daerah yang dikoordinir oleh Kanwil Departemen Agama dan Kwartir
Daerah Gerakan Pramuka dari
masing-masing propinsi.
2.
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka menyambut gembira
Perkemahan Pramuka Santri Nusantara tahun 2006 tersebut, karena perkemahan ini sejalan dengan salah satu misi Pengurus
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka priode
2003-2008 yakni ”Mempramukakan Kaum Muda”.
3.
Bagi Kwartir Nasional gerakan Pramuka terselenggaranya
misi yang pertama ini yakni ”Mempramukakan Kaum Muda” dipandang penting, karena
sesungguhnyalah masalah dan tantangan yang dihadapi oleh kaum muda Indonesia
pada akhir-akhir ini tampak makin komplek dan serius, yang diyakini akan dapat
diatasi antara lain apabila kaum muda dapat berperan aktif dalam kegiatan
keperamukaan.
4. Adapun masalah dan tantangan yang dihadapi oleh kaum muda di Indonesia secara umum dapat dibedakan atas
dua kelompok:
- Kelompok
menengah keatas (the have)
Masalah dan
tantangan yang dihadapi oleh kaum muda kelompok menengah keatas beranekaragam.
Jika dikaitkan dengan kepentingan bangsa dan negara, yang terpenting diantaranya adalah semakin berkurangnya
semangat solidaritas dan nasionalisme.
Sebagai akibat keadaan sosial ekonomi
yang berlebihan, menyebabkan keprihatinan terhadap kelompok miskin menurun
tajam. Sedangkan, sebagai akibat banyak diantara mereka yang berkesempatan
hidup serta belajar di luar negeri,
berpengaruh terhapat menipisnya semangat kebangsaan.
- Kelompok
mengenah kebawah (the have not)
Sama halnya
dengan kelompok pertama, masalah dan tantangan yang dihadapi oleh kaum muda kelompok menengah kebawah juga
beranekaragam. Jika dikaitkan dengan
kepentingan bangsa dan negara, yang terpenting diantaranya adalah tidak
jelasnya masa depan mereka.. Banyak kaum muda yang berasal dari kelompok ini tidak
dapat melanjutkan pendidikan, dan kerananya tidak memiliki pekerjaan. Akibatnya berpengaruh terhadap
prilaku hidup sehari-hari, seperti
misalnya terlibat
kasus kriminal, sebagai pengguna NAPZA, melakukan hubungan
seksual tidak sehat, melakukan aborsi,
serta terlibat tindakan kekerasan, perkelahian dan
tawuran
5.
Pelbagai masalah dan tantangan ini, akan dapat diatasi apabila kepada kaum muda tersebut dapat secara
aktif dilibatkan dalam kegiatan pendidikan
kepramukaan. Pelbagai penelitian telah
berhasil membuktikan apabila kegiatan pendidikan kepramukaan tersebut dapat
diperkenalkan, bukan saja akan berdampak positif dalam membantu mengatasi masalah dan
tantangan kaum muda, tetapi yang terpenting lagi akan berkontribusi positif pada pembentukan watak
dan karakter bangsa.
6. Sesungguhnyalah Gerakan Pramuka yang diresmikan pada tanggal 14 Agustus
1961 lalu, yang merupakan kesinambungan dari Gerakan Kepanduan Nasional
Indonesia, pada hakekatnya adalah suatu gerakan pendidikan yang bersifat non formal dan
berperan sebagai komplemen dan suplemen terhadap pendidikan formal dalam
melahirkan generasi yang bertanggung jawab pada masa depan
7. Perbedaan pendidikan kepramukaan dengan pendidikan lain terletak pada lima hal pokok yakni tujuan pendidikan,
materi pendidikan, metoda pendidikan,
pengelompokan peserta didik serta tempat pendidikan kepramukan:
- Tujuan pendidikan
keperamukaan adalah mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna
mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan
fisik, sehingga menjadi manusia
bekepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME, kuat mental dan tinggi moral, tinggi kecerdasan
dan mutu ketrampilannya, kuat dan sehat jasmaninya
- Materi pendidikan kepramukaan terkait dengan
kehendak membentuk watak dan kepribadian kaum muda, disebut
sistem nilai kepramukaan yakni
trisatya dan dasa darma pramuka
- Metoda pendidikan
kepramukaan adalah metoda belajar
mengajar yang interaktif dan progresif, bentuk belajar sambil bermain
dan/atau melakukan secara berkelompok,
yang diselenggarakan di alam terbuka dengan menampilkan pelbagai kegiatan yang menantang, menarik
dan menyenangkan sesuai dengan perkembangan peserta didik, serta menerapkan tanda kecakapan
- Pengelompokan peserta didik pramuka dilakukan atas
dasar pembagian golongan umur, yang secara umum dibedakan atas 4 golongan yakni
(1) pramuka Siaga, berusia 7 sampai 10 tahun, (2) pramuka
Penggalang, berusia 11 sampai 15 tahun, (3) pramuka Penegak, berusia 16
sampai 20 tahun serta (4) pramuka Pandega, berusia 21 sampai 25 tahun.
- Tempat pelaksanaan pendidikan kepramukaan
adalah di Gugusdepan serta di
pangkalan Saka. Khusus untuk pendidikan di Saka dilakukan dalam
rangka menyalurkan minat, mengembangkan bakat, serta meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti misalnya kesehatan, pertanian, kedirgantaraan,
kebayangkaraan, kebaharian, serta keluarga berencana dan kependudukan
8. Dalam
rangka memberikan dorongan untuk latihan bersama, mempererat hubungan dan kesatuan
serta persatuan bangsa, tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan
kecakapan, serta penilaian kegiatan dan
kecakapan para peserta didik, dilakukan pertemuan pramuka. Adapun yang dimaksud dengan pertemuan pramuka
adalah pertemuan antar sejumlah pramuka dari beberapa satuan pamuka yang segolongan dan berisikan acara kegiatan
dan latihan bersama. Pertemuan pramuka dihadiri oleh anak didik terpilih sesuai
dengan keadaan, kepentingan perkembangan dan kemampuan anak didik serta masyarakat
setempat.
9. Pertemuan
pramuka dilaksanakan secara terpisah menurut pembagian golongan umur peserta didik. Untuk
tiap golongan umur peserta didik dikenal beberapa macam pertemuan sebagai
berikut:
NO
|
PERTEMUAN PRAMUKA
|
NAMA PERTEMUAN DAN KEGIATAN
|
1
|
Pertemuan Siaga
|
Disebut pesta siaga. Kegiatan yang dilakukan antara lain rekreasi,
permainan bersama, pameran, bazar, darmawisata, pentas seni rupa, perkemahan
siang hari, karnaval
|
2
|
Pertemuan Penggalang
|
Disebut pesta penggalang. Kegiatan yang dilakukan antara lain latihan
bersama, perkemahan, demonstrasi, pameran, darmawisata, widyawisata,
karyawisata, pesta seni budaya, api unggun, pesta bahari, pesta dirgantara,
penjelajahan, kegiatan keagamaan, lomba tingkat, perkemahan bakti. Pesta penggalang yang melaksanakan pelbagai kegiatan disebut jambore
|
3
|
Pertemuan Penegak dan pendega
|
Disebut
raimuna, Kegiatan yang
dilakukan antara lain latihan bersama, perkemahan, demonstrasi, pameran,
perlombaan, ceramah, diskusi, latihan kepemimpinan, lomba olahraga, pesta
seni budaya, darmawisata, widyawisata, karyawisata, bakti kepada masyarakat,
kegiatan keagamaan, anjang sana. Jika kegiatan lebih diarahkan pada pengabdian masyarakat disebut perkemahan wirakarya (PW). Jika PW
diselenggarakan oleh Satuan Karya disebut perkemahan bakti satuan karya (Pertisaka)
|
10. Dari
uraian tentang Gerakan Pramuka, pendidikan kepramukaan serta pertemuan pramuka sebagaimana
dikemukakan diatas jelaslah bahwa Perkemahan Pramuka Santri Nusantara tahun 2006
adalah salah satu bentuk dari pertemuan pramuka. Selanjutnya jika diperhatikan
kegiatan yang dilaksanakan yakni (a) kegiatan mental, spiritual dan silaturahmi
(b) kegiatan keterampilan kepramukaan
(c) kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi (d) kegiatan seni
budaya dan (e) kegiatan sosial, serta jika diperhatikan
pula pengelompokan peserta didik yang ikut serta yakni perpaduan antara (a) pramuka penggalang, (b)
pramuka penegak serta (c) pramuka pendega, maka Perkemahan Pramuka Santri
Nusantara tahun 2006 tersebut merupakan gabungan
antara Jambore dengan Raimuna.
11. Adanya inovasi yang seperti ini dapat saja
dibenarkan, asal saja kegiatan yang dilaksanakan untuk setiap kelompok umur
dapat dibedakan. Dengan perkataan lain tingkat kesulitan dan/atau kompleksitas
kegiatan untuk kelompok penggalang tentu tidak boleh sama dengan kelompok
penegak dan pendega. Dengan catatan, untuk terselenggaranya dua kegiatan
terpisah yang seperti ini, diperlukan tersedianya tenaga pendamping dan pembina
pendamping yang cukup, disamping sarana dan prasarana yang lengkap.
12. Yang
mungkin dapat dipermasalahkan agaknya adalah asal peserta pertemuan, yang terbatas hanya dari satu kelompok
masyarakat tertentu saja, yang dalam hal ini adalah para santri. Adanya
pembatasan yang seperti ini dapat diartikan sebagai berlakunya diskriminasi, fragmentasi dan eklusifisme,
yang ketiganya bertentangan dengan
prinsip dasar kepramukaan. Untuk mengatasinya, barangkali ada baiknya
disarankan, meskipun peserta utamanya tetap
para santri, tetapi memberi kesempatan serta membuka pintu bagi
keikutsertaan peserta dari kelompok-kelompok lain yang ada di masyarakat.
13. Lebih
lanjut, khusus jika diperhatikan perkemahan pramuka yang dilaksanakan oleh
peserta didik dari institusi pendidikan agama Islam, maka disamping Perkemahan
Pramuka Santri Nusantara, juga dikenal Perkemahan Bakti Universitas Negeri
Islam/Institut Agama Islam Negeri yang pesertanya adalah para pramuka
pendega. Untuk efisiensi kedua
perkemahan ini perlu dipikirkan untuk diintegrasikan, atau kalau dianggap sulit
dilakukan, diatur jenjang hirarki para
pesertanya. Pertama, kemah pramuka santri yang pesertanya terbatas hanya para
pramuka penggalang saja (semacam jambore). Kedua, kemah pramuka santri yang
pesertanya mencakup pramuka penegak dan pramuka pendega (semacam raimuna), atau
kalau bersifat pengabdian sosial disebut Perkemahan Wirakarya (PW)
14. Hanya
saja, terlepas dari pelbagai masalah yang ditemukan pada penyelenggaran
perkemahan pramuka santri nusantara, seyogiyanya perhatian tidak tertuju hanya
pada pelaksanaan perkemahan pramuka santri saja. Untuk hasil yang optimal,
yakni dalam rangka pembentukan watak dan
kepribadian kaum muda, adalah lebih penting jika gugusdepan yang menampung para
santri sebagai peserta didik, yakni gugus depan yang ada di pesantren-pesantren
dapat lebih diaktifkan. Diharapkan, gugusdepan yang ada di pesantren tersebut dapat
aktif melaksanakan pelbagai kegiatan
kepramukaan secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
15. Karena
pesantren pada umumnya berada ditengah masyarakat, adalah harapan bersama pula
gugusdepan yang ada di pesantren tersebut tidak hanya berupa gugus depan
berbasis sekolah (school based), tetapi sekali gus juga gugusdepan berbasis wilayah
(teritorial based). Aktifnya gugus depan berbasis wilayah
dipandang penting dalam rangka menyalurkan minat dan bakat, serta
melakukan pembinaan watak dan kepribadian kaum muda, terutama yang putus
sekolah, yang untuk Indonesia banyak ditemukan didaerah pedesaan. Adalah ideal
jika disetiap desa (pedesaan) atau rukun warga (perkotaan) dapat didirikan satu
gugusdepan teritorial tersebut.
-00-
PPSN kayak apa sih ?
BalasHapus