Sabtu, 06 Juli 2013

PEMBANGUNAN GENERASI MUDA BANGSA


Azrul Azwar

Disampaikan pada Orientasi Kepramukaan bagi Perwira TNI

Jakarta 29 Nopember 2007

 

 

 

PENDAHULUAN

 

               Pembangunan Nasional yang dilaksanakan di Indonesia dalam tiga dasa warsa terakhir, telah berhasil mendatangkan kemajuan di pelbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, termasuk diantaranya di bidang generasi muda. Tingkat pendidikan rata-rata generasi muda Indonesia saat ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tiga dasa warsa yang lalu. Demikian pula halnya di  bidang  olahraga dan  kesenian, banyak  generasi muda Indonesia telah berhasil mencetak prestasi tidak hanya ditingkat nasional, tetapi juga regional dan bahkan internasional. Sedangkan di bidang ekonomi dan politik, banyak generasi muda Indonesia telah sukses  meniti karier sebagai eksekutif dan politisi muda yang handal.

 

               Namun sementara itu, bersamaan dengan pelbagai kemajuan tersebut,   ditemukan pula pelbagai  masalah dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda. Untuk generasi muda yang berasal dari kalangan mampu (the have),  masalah dan tantangan yang dihadapi terutama terkait dengan perubahan nilai-nilai kehidupan sosial dan budaya.   Sebagai akibat  dimilikinya  perbagai fasilitas dan kemudahan hidup, dan karenanya  memiliki akses informasi serta  kesempatan pendidikan ke luar negeri yang lebih luas,  menyebabkan banyak  generasi muda dari kalangan mampu mengalami  internasionalisasi nilai-nilai sosial dan budaya.   Akibatnya, rasa solidaritas sosial dan semangat kebangsaan yang dibangun terutama dari kepentingan dan nilai-nilai nasional,  sering  berada pada prioritas rendah.  Tidak menghenarkan jika banyak generasi muda dari kalangan mampu akhirnya sering tidak perduli dengan masalah-masalah lingkungan, masalah-masalah sosial, masalah-masakah kebangsaan atau masalah-masalah bernegara.

 

               Sedangkan untuk generasi muda yang berasal dari kalangan kurang mampu (the have not), masalah dan tantangan yang dihadapi terutama terkait dengan  kemiskinan.  Sebagai akibat kesulitan ekonomi, banyak generasi muda dari kalangan  kurang mampu,  tidak dapat melanjutkan pendidikan atau putus sekolah.  Dampaknya  terlihat pada sulitnya mendapatkan pekerjaan serta munculnya pelbagai masalah dan penyakit sosial.  Angka pengangguran,  kenakalan remaja, penggunaan obat terlarang,  hubungan seksual pranikah, kehamilan dan aborsi remaja, prostitusi dan  penyakit kelamin, serta   angka  kriminalitas remaja meningkat dengan tajam.

 

               Munculnya pelbagai  masalah dan tantangan ini tentu saja tidak menggembirakan. Generasi muda yang di satu pihak memiliki solidaritas sosial dan semangat kebangsaan yang rendah, serta di pihak lain berhadapan dengan pelbagai masalah dan penyakit sosial, bukanlah generasi muda yang dapat diharapkan.   Dampak yang ditimbulkan, bukan saja  dapat   merusak hidup dan kehidupan generasi muda pada saat ini, tetapi yang paling dikhawatirkan adalah dapat mengancam eksistensi  kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada masa depan.

 

PERAN GERAKAN PRAMUKA

               Secara teroritis, banyak upaya  yang dapat dilakukan untuk mengatasi pelbagai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda. Salah satu diantaranya, yang dinilai mempunyai peranan yang amat penting adalah  melibatkan  generasi muda, sejak usia awal,  dalam kegiatan kepramukaan. Sejarah dan pelbagai penelitian memang telah membuktikan, apabila generasi muda, sejak usia awal aktif dalam kegiatan kepramukaan, bukan saja akan dapat membendung munculnya pelbagai masalah dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda, tetapi yang terpenting lagi akan dapat dihasilkan generasi muda yang memiliki watak, kepribadian dan pekerti yang handal, yang pada gilirannya akan berperan sebagai pemimpin masyarakat, bangsa dan negara yang tangguh di masa depan

 

               Sesungguhnyalah, gerakan kepramukaan atau kepanduan yang untuk pertama kali diperkenalkan  oleh Lord Baden Powell melalui perkemahan remaja di Brownsea Island di selatan Inggeris pada tahun 1907, telah berhasil membuktikan bahwa pendidikan kepramukaan atau kepanduan, sebagai pendidikan non-formal yang diselenggarakan di luar sekolah dan di luar keluarga, adalah pendidikan yang tepat untuk membentuk watak, kepribadian dan pekerti generasi muda. Perkemahan remaja yang pertama kali dirintis oleh Lord Baden Powell  pada tahun 1907 tersebut telah berhasil mengubah anak-anak remaja London yang semula nakal, menjadi tidak nakal, yang semula tidak bertanggung jawab menjadi sangat bertanggung jawab, yang semula tidak peduli lingkungan menjadi sangat peduli lingkungan, yang semula tidak mililiki masa depan menjadi memiliki masa depan.

 

               Keberhasilan pendidikan kepramukaan   yang dirintis oleh Lord Baden Powell ini kemudian dengan cepat menyebar dan diterapkan oleh  pelbagai negara Eropah lainnya,  termasuk Belanda. Pada tahun 1912 pendidikan kepramukaan atau kepanduan tersebut dibawa Belanda ke Indonesia, dan sejak tahun 1912 tersebut, gerakan kepramukaan atau kepanduan berkembang dengan pesat di tanah air.

 

               Penerapan prinsip dasar kepramukaan yang inti pokoknya adalah menanamkan nilai-nilai kewajiban terhadap Tuhan yang Maha Esa, terhadap tanah air, terhadap masyarakat sekitar  dan terhadap diri sendiri, serta penerapan metoda kepramukaan yang inti pokoknya adalah belajar  sambil bekerja yang dilakukan secara kompetitif di alam terbuka pada masa penjajahan Belanda tersebut, memang telah berhasil dengan gemilang membentuk watak, keperibadian dan pekerti generasi muda Indonesia yang handal   

 

               Lahirnya Sumpah Pemuda pada tahun 1928, proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, serta perjuangan revolusi fisik sampai dengan tahun 1949, memang tidak terlepas dari keberhasilan pembentukan watak, kepribadian dan pekerti generasi muda Indonesia melalui gerakan kepramukaan atau kepanduan tersebut.

 

               Pada tahap selanjutnya, perkembangan gerakan kepramukaan atau kepanduan di Indonesia berjalan seirama dengan perkembangan kehidupan berpolitik dan bernegara. Dengan lahirnya  puluhan partai potik yang menandai  berlakunya era demokrasi liberal, mendorong lahirnya pula  puluhan organisasi kepanduan di Indonesia, yang sayangnya karena didasarkan pada paham politik yang berbeda, sering tidak sejalan. Dampaknya, bukan saja akan merugikan kehidupan gerakan kepramukaan atau kepanduan, tetapi yang terpenting lagi akan merugikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.   

 

               Untuk mengatasinya,  pada tahun 1961, melalui Kepres No 238 tahun 1961, pemerintah menyatukan lebih dari 60 organisasi  kepanduan di Indonesia kedalam satu wadah yang dikenal dengan nama  Gerakan Pramuka. Sejak saat tersebut, perkembangan Gerakan Pramuka cukup menggembirakan.  Pada  saat ini Gerakan Pramuka telah memiliki  Kwartir Daerah di 33 Propinsi, Kwartir Cabang di 456  Kabupaten/Kota, serta  jumlah anggota sekitar 21 juta. Jumlah anggota Gerakan Pramuka adalah yang  terbesar di dunia, karena jumlah anggota  kepanduan  di seluruh dunia yang tergabung dalam  World Organization of Scout Movement (WOSM) hanya  sekitar 18 juta orang.

 

         HAKEKAT GERAKAN PRAMUKA

               Hakekat Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan non-formal yang dilaksanakan di luar sekolah serta di luar keluarga. Pendidikan melalui Gerakan Pramuka yang disebut pendidikan kepramukaan, tidaklah sama dengan pendidikan melalui sekolah (pendidikan formal) atau pendidikan melalui keluarga (pendidikan informal). Pendidikan kepramukaan memiliki 6 (enam) ciri khusus yang membedakannya dengan pendidikan formal dan pendidikan informal. Ciri-ciri yang dimaksud adalah :

 

1.    Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan kepramukaan adalah membentuk kaum muda Indonesia agar memiliki watak, kepribadian dan pekerti yang prima serta memiliki ketrampilan bekal hidup (life skill) yang handal. Apabila tujuan ini dapat tercapai maka generasi muda Indonesia akan dapat menjadi kader bangsa yang tangguh serta  siap terjun dalam kehidupan bermasyarakat yang kompleks pada masa depan

 

2.    Materi Pendidikan

Materi pendidikan kepramukaan terkait dengan tujuan pendidikan kepramukaan yaitu membentuk watak, kepribadian dan pekerti kaum muda. Materi pendidikan  tersebut pada hakekatnya berupa seperangkat nilai-nilai yang bukan saja berlaku umum dan universal, tetapi juga harus diperkaya dengan nilai-nilai yang digali dari khasanah budaya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang untuk Indonesia tercantum dalam Tri Satya Pramuka  dan Dasa Dharma Pramuka. Rumusan Tri Satya Pramuka berbunyi “demi kehormatanku, aku berjanji akan bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap (1) Tuhan, Negara Kesatuan RI dan mengamalkan Pancasila, (2) menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat  (3) menepati dasadarma”.

 

Sedangkan rumusan  Dasa Dharma Pramuka berbunyi  “pramuka itu  (1) taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, (3) patriot yang sopan dan kesatria, (4) patuh dan suka bermusyawarah, (5) rela menolong dan tabah, (6) rajin, terampil dan gembira, (7) hemat, cermat dan bersahaja, (8) disipilin, berani dan setia, (9) bertanggung jawab dan dapat dipercaya serta (10) suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan”.

 

Kecuali itu, karena tujuan pendidikan kepramukaan juga terkait dengan keterampilan, maka materi pendidikan kepramukaan  juga mencakup materi ketrampilan. Secara umum ada dua kelompok keterampilan yang dikenal dalam pendidikan kepramukaan.  Pertama, ketrampilan kepramukaan konvensional seperti baris-berbaris, tali temali, smapur, mencari jejak, dan penjelajahan. Kedua, keterampilan umum yakni yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan (needs and demands) generasi muda setempat, seperti pertanian, nelayan, pertukangan, teknologi,  elektonik, dan komputerisasi.

 

3.Metode Pendidikan

Metode pendidikan kepramukaan tidaklah sama dengan metode pendidikan formal di sekolah atau pendidikan informal di keluarga. Metode pendidikan kepramukaan adalah  metode belajar sambil melakukan (learning by doing) yang dilaksanakan di (A)lam terbuka,  dalam bentuk (P)ermainan yang interaktif, menantang, menarik dan menyenangkan sesuai dengan perkembangan kaum muda, dilakukan secara ber(K)elompok dalam satuan terpisah,  bersifat (K)ompetitif serta   menerapkan sistim (T)anda Kecakapan (disingkat APK2-T).

 

4.    Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tempat pendidikan kepramukaan adalah di alam terbuka yang dalam pelaksanaannya dilakukan  melalui Gugus Depan (Gudep),   baik yang berbasis sekolah (school based) maupun yang berbasis masyarakat (community based. Penyelenggarakan pendidikan untuk beberapa aspek ketrampilan tertentu diselenggarakan di Pangkalan Satuan Karya (Saka) yang saat ini berjumlah 7 buah yakni Saka Bayangkara, Saka Bakti Husada, Saka Kencana, Saka Bahari, Saka Dirgantara, Saka Taruna Bumi, serta Saka Manggala Wanabakthi. Untuk melengkapan sarana dan prasarana pendidikan, terutama yang terkait dengan ketarmpilan di alam terbuka, didirikan Bumi Perkemahan Pramuka, yang jika ditinjau dari peranannya dalam sistem pendidikan kepramukaan  merupakan  Kampus Gerakan Pramuka

 

5.    Peserta Didik

Pengelompokan peserta didik dalam pendidikan kepramukaan, tidak sama dengan pengelompokan peserta didik pada pendidikan formal di sekolah. Pengelompokan peserta didik dalam pendidikan kepramukaan dibedakan atas 4 (empat)  golongan umur  yakni antara 7 – 10 tahun yang disebut sebagai Pramuka Siaga,  antara 11 – 15 tahun  yang disebut sebagai Pramuka Penggalang, antara 16 – 20 tahun yang disebut sebagai Pramuka Penegak, serta antara 21 – 25 tahun yang disebut Pramuka Pandega,

 

               Sayang sekali Gerakan Pramuka dan pendidikan kepramukaan yang apabila dapat dilaksanakan dengan baik, akan menjanjikan banyak manfaat bagi pembentukan watak, kepribadian serta pekerti generai muda tersebut, dalam satu dekade terakhir agak diabaikan.  Akibatnya di satu pihak, eksistensi organisasi Gerakan Pramuka tidak kokoh dan diragukan keberadaannya, serta dipihak lain fungsi Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan nonformal pembentuk watak, kepribadian dan pekerti generasi muda tidak berjalan secara optimal.

 

               Dampak dari kedua keadaan ini berpengaruh negatif terhadap perkembangan Gerakan Pramuka dan pendidikan kepramukaan. Di satu pihak Gerakan Pramuka tidak lagi menarik minat Generasi Muda, sehingga tidak mengherankan jika akhirnya  jumlah kaum muda yang berminat menjadi anggota serta menjadi aktivis  Gerakan Pramuka berkurang dengan tajam. Di pihak lain kegiatan kepramukaan tidak lagi berperan, bukan saja  dalam membendung munculnya pelbagai masalah dan tantangan generasi muda,  tetapi yang terpenting lagi juga  tidak berperan dalam membentuk watak, kepribadian, dan pekerti generasi muda yang diinginkan di masa depan.

 

 

         REVITALISASI GERAKAN PRAMUKA

               Menyadari bahwa terpuruknya Gerakan Pramuka dinilai tidak menguntungkan bagi pembentukan kader masyarakat, bangsa dan negara pada masa depan, maka pelbagai upaya untuk mengaktifkan kembali Gerakan Pramuka harus dapat dilakukan. Pelbagai upaya yang dimaksud, pada tanggal 14 Agustus 2006, bersamaan dengan peringatan hari ulang tahun Gerakan Pramuka yang ke-45, telah dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam bentuk Revitalisasi Gerakan Pramuka. Adapun yang dimaksud dengan revitalisasi Gerakan Pramuka adalah upaya pemberdayaan Gerakan Pramuka yang dilakukan secara sistematis, berkelanjutan dan terencana untuk memperkokoh eksistensi organisasi Gerakan Pramuka serta untuk lebih meningkatkan peran, fungsi dan tugas pokok Gerakan Pramuka. 

 

                Tujuan yang ingin dicapai oleh revitalisasi Gerakan Pramuka dibedakan atas dua macam. Pertama,  memperkokoh eksistensi organisasi Gerakan Pramuka baik dari aspek  legal formal,  yakni  dengan memperkuat dasar hukum Gerakan Pramuka, maupun dari aspek kuantitas dan kualitas organisasi Gerakan Pramuka, yakni yang menunjuk pada  perkembangan organisasi dan keanggotan, serta kemantapan sistem informasi, manajemen dan kepemimpinan. Kedua, meningkatkan pelaksanaan peran, fungsi dan tugas pokok Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan watak, keperibadian dan pekerti generasi muda.

 

               Pada waktu menyelenggarakan pelbagai kegiatan revitalisasi Gerakan Pramuka, arah yang dituju adalah terwujudnya 7 (tujuh) pemikiran dasar revitalisasi Gerakan Pramuka, yang oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dirumuskan dalam singkatan PRAMUKA, yakni :  

1.      Perkuat Gerakan Pramuka sebagai wadah pembentukan karakter bangsa

2.      Raih keberhasilan mulai kerja keras secara cerdas dan iklas

3.      Ajak kaum muda meningkatkan semangat Bela Negara

4.      Mantapkan tekad kaum muda sebagai patriot pembangunan

5.      Utamakan kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya

6.      Kokohkan persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia

7.      Amalkan Satya dan Darma Pramuka

 

           Untuk dapat mewujudkan ke tujuh pemikiran dasar tersebut, ada 7 (tujuh) langkah strategis yang harus dilakukan, yang oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga dirumuskan dalam singkatan PRAMUKA, yakni :

1.    Perkuat kepemimpinan dan manajemen kwartir di semua jajaran

2.    Rapatkan barisan Pembina, Pelatih Pembina,  Andalan serta Majelis Pembimbing Pramuka

3.    Aktifkan perindukan Siaga, Pasukan Penggalang, Ambalan Penegak, Racana Pandega sebagai media penguat sesama dan antar kelompok dalam satu gugus depan

4.    Mantapkan penerapan prinsip dasar kepramukaan, sistim among dan metode kepramukaan

5.    Utamakan program peserta didik yang berdampak posistif terhadap peningkatan semangat bela negara, patriot pembangunan dan perekat bangsa

6.    Kokohkan kemitraan dan dukungan sumberdaya dari semua komponen bangsa

7.    Amalkan Satya dan Darma Pramuka

 

            Ketujuh langkah strategis ini selanjutnya dijabarkan kedalam pelbagai program kerja., yang dua diantaranya ditetapkan sebagai program prioritas, yakni :

 

1.    Program memperkokoh eksistensi organisasi  Gerakan Pramuka

Upaya memperkokoh eksistensi organisasi dari aspek legal formal dilakukan dengan menyusun Rancangan Undang-Undang Gerakan Pramuka. Sedangkan upaya memperkokoh eksistensi organisasi dari aspek kuantitas dan kualitas dilakukan melalui tiga  kegiatan pokok sebagai berikut: :

a)    Memperkuat organisasi, manajemen dan sistim informasi Gerakan Pramuka

b)    Meningkatkan jumlah dan mutu gugus depan yang merupakan ujung tombak Gerakan Pramuka

c)    Meningkatkan jumlah dan kualitas mutu anggota dewasa terutama para Pembina, Pelatih dan Andalan di semua lini organisasi.

 

2.    Program meningkatkan peran, fungsi dan tugas pokok Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan nonformal

Upaya meningkatkan peran, fungsi dan tugas pokok Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan non formal, dilakukan melalui :

a)   Pemutakhiran materi pendidikan kepramukaan melalui penyusunan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Dasa Darma (P3D2) serta pemutakhiran ketrampilan kepramukaan  

b)    Pemutakhiran metode pendidikan keperamukaan (APK2T) dengan menciptakan permainan interaktif yang kompetitif dan menantang yang dilaksanakan di alam terbuka serta dilengkapi dengan pemberian tanda kecakapan

c)    Peninjauan kembali pengelompokan umur peserta didik yang lebih disesuaikan  dengan perkembangan watak, kepribadian dan pekerti generasi muda di Indonesia

d)    Pengadaan pelbagai sarana dan prasarana pendidikan kepramukaan, yang didalamnya termasuk buku referensi Gerakan Pramuka,  alat bantu pendidikan Gerakan Pramuka, serta pengembangan Bumi Perkemahan menjadi Kampus Gerakan Pramuka

 

         PENUTUP

           Sekalipun pelbagai kemajuan telah banyak ditemukan,  namun  pada saat yang bersamaan generasi muda di Indonesia juga berhadapan dengan   pelbagai masalah dan tantangan yang apabila tidak dapat diatasi akan dapat mengancam masa depan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara  Untuk mengatasi pelbagai masalah dan tantangan ini, banyak hal yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya adalah meningkatkan keterlibatan generasi muda dalam kegiatan kepramukaan.

 

           Sesungguhnyalah, pengalaman dan penelitian telah membuktikan bahwa keterlibatan aktif generasi muda dalam kegiatan kepramukan, bukan saja dapat mencegah munculnya pelbagai masalah dan tantangan generasi muda, tetapi juga dapat membentuk watak, kepribadian dan pekerti generasi muda yang handal sebagai calon pemimpin masyarakat, bangsa dan negara yang tangguh pada masa depan.

 

           Untuk hasil yang optimal dari keterlibatan aktif generasi muda dalam kegiatan kepramukaan, perlu dilakukan Revitalisasi Gerakan Pramuka yang inti pokoknya adalah meperkokoh eksistensi organisasi Gerakan Pramuka di satu pihak serta mengembangkan  peran, fungsi dan tanggung jawab Gerakan Pramuka sebagai wadah pendidikan watak, kepribadian dan pekerti generasi muda di pihak lain.

 

         KEPUSTAKAAN

1.           Kwartir Nasional Gerakan Pramuka : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Kwarnas Gerakan Pramuka, Jakarta 2007

2.           Kwartir Nasional Gerakan Pramuka : Pidato Ulang Tahun Ka Kwarnas  Dalam Rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka ke 45, Kwarnas Gerakan Pramuka, Jakarta 2006

3.           Kwartir Nasional Gerakan Pramuka : Patah Tumbuh Hilang Berganti, 75 tahun kepanduan dan kepramukaan, Kwarnas, Jakarta, 1987

4.           Robert Baden Powell : Scouting for Boys, Oxford University Perss, New York 2004

5.           Susilo Bambang Yudhoyono : Pidato Pengarahan Dalam Rangka Peringatan Hari Ulang Tahun Gerakan Pramuka ke 45, Kwarnas Gerakan Pramuka, Jakarta 2006

 

 

  -00-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar